![]() |
Foto: Dok. MPR RI |
Koranelektronik.com
– Ketua MPR RI Bambang Soesatyo melihat penemuan vaksin adalah isu krusial di
negara-negara yang terjangkiti virus Corona, termasuk di Indonesia. Beberapa
negara bersaing menemukan vaksin yang tepat untuk menghentikan penyebaran virus
itu.
Bamsoet mengulas persaingan pengembangan vaksin
berlangsung di beberapa negara Eropa dan Amerika. Pekan lalu, kata dia,
mengeluarkan peringatan keamanan, sebab intelijen ketiga negara itu mencurigai
Rusia tengah berupaya meretas data vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan.
"Tanggal 22 Juli 2020, Amerika Serikat
meminta China menutup konsulat jenderalnya di Houston, Texas sebagai upaya agar
China tak bisa mengejar penemuan vaksin yang dikembangkan National Institute of
Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang berbasis di Texas. Menandakan
betapa gentingnya pandemi COVID-19 yang hanya bisa dituntaskan melalui penemuan
vaksin," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (29/7/2020).
Bamsoet menekankan, saking gentingnya penemuan
vaksin, Amerika Serikat mengucurkan investasi US$2,2 miliar untuk mendukung
penelitian program vaksin oleh perusahaan farmasi Moderna, Johnson &
Johnson, dan AstraZeneca. Dengan memberikan dukungan finansial, Amerika akan
mendapatkan 300 juta dosis vaksin dari AstraZeneca pada akhir 2020.
Indonesia, tutur Mantan Ketua DPR RI periode
2014-2019 tersebut, juga tengah berupaya mendapatkan vaksin melalui kerja sama
PT Biofarma dengan Sinovac Biotech.
"Vaksin Sinovac merupakan satu dari lima
vaksin dunia yang sudah memasuki uji klinis fase ketiga. Empat vaksin lainnya
antara lain Sinopharm oleh Wuhan Institute of Biological Products dan Beijing
Institute of Biological Products, China, AstraZeneca oleh University of Oxford,
Inggris, dan Moderna oleh NIAID, Amerika Serikat," sambung Bamsoet.
Ia menjelaskan, diperkirakan tahun 2021 Indonesia
sudah dapat memproduksi sendiri vaksin Covid-19 untuk diberikan pada
masyarakat. Bahkan, tidak menutup kemungkinan Indonesia juga bisa membantu
menyiapkan vaksin untuk negara lain.
"Perebutan mendapatkan vaksin COVID-19
menjadi penanda baru betapa dunia tak hanya dihantui persaingan militer,
ekonomi, dan teknologi informasi. Melainkan juga persaingan di dunia farmasi
kesehatan. Tak menutup kemungkinan di tahun mendatang dunia akan dilanda
pandemi penyakit lain, yang menuntut vaksin sebagai jalan keluarnya. Indonesia
harus bersiap diri mengembangkan dunia kefarmasian sejak dini," tuntas
Bamsoet.