Koranelektronik.com – Peneliti Cuaca dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jawa Barat lid Mujthahiddin menuturkan, penyebab hujan yang turun di musim kemarau ini karena adanya gangguan skala lokal.
Meski saat ini memasuki musim kemarau, belakangan wilayah bandung kerap diguyur hujan. Kondisi tersebut juga di sejumlah wilayah di jabar.
Shingga pada kemarau tahun ini relatif lebih banyak turun hujan ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Hujan menurut lid potensi terjadi pada siang atau sore hari.
Sejumlah wilayah yang saat ini turun hujan diantaranya,, Bekasi, Bogor, Depk, Sukabumi dan Bandung.
Kerap turun hujan saat musim kemarau ini dipengaruhi beberapa faktor.
Faktor pertama, karena dari suhu permukaan laut disekitar Jabar selama PMK 2020 cenderung hangat.
Terjadi peningkatan suhu permukaan laut di Selatan Samudera Hindia dan Maluku yang mengakibatkan kemarau yang lebih basah.
Kemudian, kondisi kelembapan dalam beberapa hari ini cenderung lembbap sehinga berpotensi pembentukan awan-awan hujan.
Namun demikian, kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama dan akan kembali ke kondisi semula.
Sementara itu terjadinya pertemuan massa udara lembap dan kering dipengaruhi oleh udara dingin Australia dengan udara lembap perairan Indonesia.
Dua faktor ini menyebabkan cuaca ekstrem terjadi di Indonesia. Cuaca ekstrem yang dimaksud adalah curah hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm seperti dikutip dari situs BMKG.
Sementara di lansir dari situs BPBD DKI Jakarta, selain curah hujan yang tinggi, kategori cuaca ekstrem lain adalah hujan es, badai, kekeringan, puting beling, hingga badai pasir.
(Dyn/Ke)