Notification

×

Iklan

Pentingnya Berikan Kesejahteraan Guru Yang Optimal dan Tepat Sasaran

Sabtu, 15 Agustus 2020 | 11:55:00 AM WIB Last Updated 2020-08-15T03:56:43Z
Saat belajar mengajar Foto Facebook Avan Fathurrahman

KoranElektronik.com - Terkadang pekerjaan sebagai guru di sepelekan padahal guru sangat berjasa dan berpengaruh bagi generasi bangsa. Masih ingat dengan kisah seorang guru mendatangi murid-muridnya ke rumah karena mereka tidak memiliki ponsel untuk belajar online.

Guru tersebut bernama Avan Fathurrahman, melkalui unggahan di akun Facebook pribadinya pada Kamis, (16/4/2020), Avan merupakan guru di Sekolah Dasar negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur, menceritakan perjuangannya.

Ia menuliskan bahwa dirinya berkeliling ke rumah-rumah siswa setidaknya 3 kali dalam seminggu. Bukan tanpa rintangan, Avan harus menempuh jarak yang cukup jauh. Belum lagi jalan yang dilaluinya terbilang kurang bagus.

Avan adalah salah satu contoh guru yang patut dicontohi. Kegigihannya tetap mengajarkan anak muridnya di tengah pandemi menjadi kisah inspiratif bagi semua orang. Maka dari itu, kerja keras Avan patut diberikan apresiasi.

Hal inilah yang menginspirasi Manteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam pidaronya. Dalam pidaronya yang diunggah situs resmi Kemendikbud, Nadiem kembali mengungkit tugas mulia guru Indonesia yang diikuti beratnya beban yang harus dipikul guru.

"Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetap lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan," kata Nadiem

Nadiem juga menyebutkan dalam pidatonya bahwa para guru sangat ingin membantu murid-murid yang mengalami ketertinggalan di kelas. Namun apa daya, waktu sang guru habis terbuang lantaran mengerjakan tugas administratif saja.

Melihat Avan, berbanding terbalik dengan guru yang mengajar di sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) atau biasa dikenal dengan sekolah internasional.

Mengajar di sekolah SPK tentu lebih terjamin. pasalnya, sekolah tersebut identik dengan gedung yang mewah, fasilitas yang lengkap dan guru pengajar yang khusus, baik dari Warga Negara Indonesia (WNI) maupun pengajar dari Warga Negara Asing (WNA).

Melihat hal itu, tentu membuat guru-guru di sekolah negeri merasa iri untuk mengajar di sana.

Dikutip dari JPNN, pengamat dan praktisi pendidikan Satriwan Salim mengatakan, sekolah Saruan Pendidikan Kerja Sama (SPK) seharusnya mampu menyejahterakan tenaga pendidik dan kependidikan.

Pasalnya, sekolah SPK menarik dana yang tidak sedikit dari orang tua murid. "Rerata sekolah SPK ini bayarannya mahal. Meski ada juga SPK yang SPP-nya sama dengan sekolah swasta nasional. Namun, SPK itu identik dengan sekilah mahal karena sumber pembiayaannya tidak hanya dari SPP," kata Satriwan kepada JPNN.com, Rabu (22/7/2020).

Dia mencontohkan beberapa SPK yang dimiliki industri berskala besar. Selain dari SPP, bisa saja sekolah juga mendapatkan subsidi dari industrinya.

Kondisi ini berbeda dengan sekolah swasta nasional yang juga standarnya berbeda-beda. Ada sekolah swasta nasional yang makmur tetapi lebih banyak pas-pasan. Mereka mengandalkan sumber pemasukan dari SPP.

"Karena SPP sekolah SPK mahal, ditambah sumber pendanaan lainnya mestinya tenaga pendidik dan kependidikan harus sejahtera. Namun, fakta yang saya lihat ada juga yayasan SPK yang kurang perhatian. Mestinya kan enggak begitu," ucap Satriwan.

[MA/KE]
×
Berita Terbaru Update